01/19/2025
bahrain-vs-indonesia-8

Rasa kecewa belum hilang sepenuhnya paska melihat hasil pertandingan babak kualifikasi piala dunia kemarin malam. Walaupun saya tidak menonton langsung (karena jam pertandingannya cukup larut malam), tapi kecewanya masih terasa.

Bagaiamana tidak, point penuh yang seharusnya bisa kita bawa pulang ternyata ambyar “direnggut” wasit. Hal ini bukan tidak berdasar, ada banyak hal yang kontroversial mulai dari keputusan wasit yang diduga tidak fair juga yang paling menjadi sorotan adalah perpanjangan waktu yang melebihi dari yang telah ditetapkan.

Bukan bermaksud untuk memprovokasi, tetapi saya ingin mengajak kepada para pembaca untuk sama-sama kritis terhadap segala sesuatu. Tidak membiarkan hal-hal yang merugikan orang lain, diskriminasi, bahkan kecurangan.

Duel sengit pemain Indonesia vs Bahrain (detik.com)

Oke kita mulai…

Indonesia saat ini sedang berjuang untuk mendapatkan tiket piala dunia pada tahun 2026 mendatang. Barang tentu ini bisa menjadi kemewahan bagi insan sepak bola Indonesia bahkan bangsa Indonesia sendiri. Kita belum pernah menjadi kontestan ajang bergensi tersebut.

Indonesai masuk dalam grup C pada babak kualifikasi zona Asia piala dunia. Grup ini berisi Jepang, Australia, Saudi Arabia, Bahrain, Tiongkok, dan Indonesia. Secara peringkat FIFA posisi Indonesia jauh di bawah dari anggota grup C.

Jepang berada pada peringkat 15, Australia peringkat 24, Arab Saudi peringkat 57, Bahrain 79, Tiongkok 94, Indonesia berada pada peringkat 129. Dari peringkat ini bisa dibanyangkan kekuatan sepak bola kita. Tim kita melawan Tim Raksasa Asia, bahkan tim yang sudah langganan menjadi peserta piala dunia (Jepang).

Indonesia sebenarnya mempunyai peluang besar jika saja hasil pertandingan kemarin hasil skornya tetap sampai pada menit 90’+6. Perolehan poin sementara saat ini Jepang, Australia, Arab Saudi, Bahrain, Indonesia, dan Tiongkok secara berturut-turut 9, 4, 4, 4, 3, dan 0. Indonesia bisa berada pada runer up dengan point 5.

Mengapa perpanjangan waktu yang sudah ditentukan 6 menit menjadi lebih panjang yaitu 10 menit. Seharusnya wasit meniup peluit panjang ketika waktu perpanjangan habis, bukan membiarkan hingga “salah satu tim mencetak gol” baru peluit panjang ditiup.

Terlepas keputusan ini menjadi hak sepenuhnya wasit, seharusnya wasit prefesional. Waktunya mulai ya mulai, istirahat ya istirahat, waktunya selesai ya selesai. Bukan seperti karet yang bisa diatur sesuai keperluan.

Hasil point tersebut akan menjadi modal bagus untuk menghadapi pertandingan sebelumnya. Bukan hanya modal point, tetapi juga psikologi para pemain. Kendati demikian, Indonesia masih mempunyai peluang untuk bisa lolos kualifasi piala dunia.

Baik, kita point tulisan ini. Apakah Indonesia hanya diam saja terdapat kejadian ini? Membaca dari beberapa portal media online maupun media cetak, Indonesia melayangkan protes kepada FIFA terkait kepemimpinan wasit yang kontrovesial. Semoga saja, Dewi Fortuna menghapiri kita.

Pun demikian, jika kita menghadapi situasi yang seperti ini jangan hanya berdiam diri saja. Lakukan upaya bisa berupa permintaan klarifikasi, pernyataan sikap resmi oleh official, protes, bahkan perlawanan (dengan cara yang dianjurkan) secara bijak.

Berdiam diri ketika mendapatkan perlakuan tidak adil, intimidasi, kecurangan sama artinya dengan kita membiarkan atau meng”amini” praktek tersebut. Upaya kita adalah salah satu bentuk perlawanan terhadap ketidak adilan atau kesewenang-wenangan.

Banyak media yang bisa kita gunakan seperti berkirim surat, surat pembaca, media sosial dan masih banyak lagi. Pastikan kita melakukannya dengan bijak. Seperti apa yang sudah dilakukan oleh official sepak bola Indonesia saya kira sudah tepat.

Penutup tulisan ini, mari kita biasakan untuk dapat kritis terhadap hal apa saja. Baik hal-hal yang pahit, atau hal-hal yang terlalu manis di sekitar lingkungan kita. Terhadap sepak bola kita, mudah-mudahan hasil kualifikasi piala dunia ini akan terasa manis untuk kita insan pencita sepak bola dan bangsa Indonesia.

#Peace