
Adakah yang masih ingat video perdebatan Rocky Gerung (RG) dengan Silfester yang pernah viral sekitar delapan bulan yang lalu. Walaupun saya sudah menontonnya lebih dari lima kali, seperti tak bosan untuk menontonya lagi.
Savage RG pada lawan debatnya pada video tersebut diluar nurul, ia mampu mengcounter semua serangan lawan debat dengan cara yang elegan. Ia seolah mengkonfirmasi bahwa dia memang filsuf nomor wahid di Indonesia yang menguasai sejarah ilmu pengetahuan.
Satu hal baru yang masih menempel kuat di kepala saya pada video tersebut adalah satu tokoh filsuf pada awal tahun 1900an, Leo Tolstoy. Mungkin Reader sekalian ada yang sama seperti saya baru mendengar nama itu dari video tersebut.
Yok kita bahas tentang pikirannya yang tajam, yang saya kira relevan dengan isu nasional minggu-minggu ini. Let’s begin…
Saya kutib dari Wikipedia Indonesia, Leo Tolstoy adalah seorang filsuf dan penulis Rusia abad ke-19. Dikenal tidak hanya karena karya sastra epiknya tetapi juga pandangannya yang tajam mengenai kejujuran dan kebenaran.
Salah satu adagiumnya yang paling menarik menurut saya adalah, “Kejujuran itu sederhana, simpel & gampang, sedangkan kebohongan itu rumit dan berbelit-belit.”
DISCLAIMER
Saya menulis ini bukan sebagai pihak kiri ataupun kanan, tapi betul-betul memposisikan sebagai penulis sebagai bentuk penyampaian pikiran yang dijamin dalam UUD nomor 28 tahun 1945.
Melihat isu nasional yang saat ini sedang menyita perhatian publik tentang “dugaan ijazah palsu”. Saya tertarik untuk menulis dari sudut pandang yang lain. “Saya musti cari cara supaya tidak ada delik” mengutip kata RG.
Dalam konteks kasus dugaan ijazah palsu yang melibatkan salah satu pejabat publik di Indonesia, yang saya kira kita semua sudah mengikuti di berbagai platform.
Muncul pertanyaan, mengapa tidak dipilih jalan yang sederhana dengan menunjukkan ijazah asli? Leo Tolstoy pasti akan bertanya hal yang sama jika ia masih hidup saat ini.
Menghadapi situasi yang melibatkan publik dan kepercayaan rakyat, kejujuran menjadi investasi yang nilainya tidak ternilai. Menunjukkan ijazah yang sah bukan hanya tindakan legal, tetapi juga etis yang membangun kepercayaan.
Lebih dari sekedar masalah hukum, ini tentang moralitas dan integritas. Mengapa harus memilih jalan yang rumit dan berbelit-belit dengan mengelak atau menyembunyikan kebenaran?
Mengapa tidak memilih kejujuran yang meskipun terasa sulit pada awalnya, pada akhirnya akan membebaskan dari konsekuensi yang lebih berat?
Tolstoy, mengajarkan bahwa kejujuran adalah pondasi dari hubungan yang sehat dan masyarakat yang kuat. Ini bukan hanya tentang mematuhi hukum, dengan menjadikan kejujuran sebagai prinsip utama, kita membangun fondasi yang kokoh bagi sebuah negara yang bermartabat.
Saya mulai takut untuk melanjutkan tulisan ini lebih banyak. Saya akhir saja tulisan ini.
Penutup tulisan ini,
Menurut pandangan saya, dalam kasus seperti ini tulisan ini berdiri sebagai panggilan untuk mengembalikan nilai kejujuran. Menyuarakan kebenaran sejatinya adalah hak setiap warga negara. Seperti pesan Leo Tolstoy bahwa sederhana itu indah, dan kejujuran adalah kuncinya.