07/09/2025
1000170519-beaae9c358826e0987d4a5df95922327

Beberapa hari lalu sepulang menemani istri berbelanja, saya tidak sengaja membaca sebuah pesan menggelitik yang tertulis di bak truk yang menyalip kami. Pesan itu berbunyi, “Sibuk itu palsu, semua tergantung prioritas.” Sebuah tulisan sederhana namun sarat makna yang mungkin pernah pula Anda temui sebelumnya.

Pesan tersebut terus terngiang di kepala saya hingga beberapa hari. Semakin direnungkan, saya semakin setuju bahwa sejatinya kesibukan bukanlah tentang banyaknya aktivitas, melainkan tentang cara kita menetapkan prioritas.

Setiap orang tanpa kecuali, diberikan waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Oleh karena itu, pembatalan sebuah janji atau penolakan suatu kegiatan bukan semata-mata karena “sibuk”, melainkan karena ada hal lain yang lebih utama.

Refleksi ini mengajak kita untuk merenungkan pengelolaan waktu dan energi. Kita sering merasa terjebak dalam kesibukan, padahal sebenarnya semua itu adalah pilihan dalam menyusun prioritas.

Dengan kejelasan dalam menetapkan apa yang paling penting, kita bisa fokus pada hal-hal yang memberikan nilai lebih dalam hidup, bukan sekedar mengejar deadline atau menyelesaikan urusan harian yang kurang bermakna.

Kemampuan untuk mengatakan “tidak” pada hal-hal yang kurang mendukung tujuan hidup  adalah cara ampuh untuk memanage ilusi sibuk ini. Karena pada akhirnya, ukuran kesuksesan sejati tidak diukur dari seberapa sibuk kita, tetapi dari bagaimana kita mengelola hidup dan mengejar apa yang benar-benar membuat kita bahagia.

Saya sering merasa sangat sibuk, hingga tak sempat meluangkan waktu yang cukup hanya untuk bermain santai bersama anak. Saya menganggap bahwa semua kesibukan ini demi keluarga, untuk anak-anak dan istri tercinta.

Namun kenyataannya, kesibukan itu tidak serta-merta menambah uang jajan anak atau dapur istri secara signifikan. Dari situ saya mulai menyadari, bahwa yang penting bukanlah seberapa banyak pekerjaan yang kita lakukan, tetapi seberapa efektif kita mengelolanya.

Penutup tulisan ini, mari kita renungkan, apakah benar bahwa kesibukan hanyalah ilusi, dan semuanya bergantung pada prioritas yang kita tetapkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7 + 1 =