
Beberapa minggu yang lalu saya mendapat tugas dari kampus untuk melakukan kunjungan di Universitas Gajah Mada (UGM). Setelah melalui aktivitas yang padat hampir sehari penuh, kami memutuskan untuk healing di sekitar kota pelajar tersebut. Gunung Merapi menjadi destinasi kami.
Gunung Merapi merupakan gunung yang fenomenal serta salah satu gunung yang paling aktif di dunia. Gunung yang tahun 2010 lalu mengamuk meluluh lantakan beberapa desa disekitarnya juga menelan banyak korban tersebut kini sudah bangkit.
Hamparan bekas puing reruntuahn rumah, debu, bekas pohon terbakar, karena panasnya ‘wedus gembel’ itu kini telah menghijau kembali. Aktivitas masyarakat normal seperti tak pernah terjadi apa-apa di sini.
Jadi teringat tugas akhir/ skripsi saya dulu, hampir sepertiga halamannya bercerita tentang gunung Merapi. Ditengah aktivitasnya yang berbahaya, ternyata menyimpan sejuta keindahan.

Bukan hanya pada hijaunya rerumputan dan padang savana yang luas, banyak keindahan lain yang ditawarkan. Salah satunya adalah ekplorasi betapa mencekamnya Bunker Kaliadem, mengerikannya kekuatan alam dengan batu-batu besar, juga sosok fenomenal sang juru kunci Mbah Marijan.
Mari kita telusuri satu persatu
Petilasan Mbah Marijan
Dasyatnya sapuan dari abu vulkanik Gunung Merapi tergambar dari benda-benda yang dipajang di rumah terbuka yang direnovasi ini. Rangka mobil, motor, perabotan, bahkan ada rangka seekor sapi yang meleleh terbakar seolah mengkonfirmasi betapa ganasnya abu vulkanik itu. Dari hasil googling saya, suhunya mencapai 600 derajat Celcius.

Bunker Kaliadem
Merinding melihat betapa horornya sebuah bangunan dengan luas kurang lebih 8 x 8 meter ini. Ditambah lagi dengan cerita memilukan dua orang relawan yang gugur dalam misi penyelamatan amukan lahar panas tersebut.
Satu meninggal dengan posisi luka bakar derajat 10 dan satu lagi meninggal dalam baik air dengan luka bakar lebih ringan. Bisa dibanyangkan sebuah tempat didesain kokoh berlapis baja, justru terkubur lahar panas memanggang mereka dengan suhu ratusan derajat celcius.
Bahkan ketika evakuasi korban beberapa hari setelahnya, suhu di dalam ruangan masih mencapai 100 derat celcius. Sulit membayangkan betapa mencekamnya suasana detik-detik sesaat setelah mereka masuk bunker dan tertimbun awan panas. Semoga mereka husnus hotimah…
Tour Jeep
Setelah bercerita tentang kepiluan dibalik tragedi 2010 silam, kini kita tutup dengan happy ending. Tak lengkap rasanya ke Merapi jika tidak naik Jeep. Selain memacu andrenalin, kita akan disuguhi pemanadangan indah disekitas lereng merapi. Bermain air ‘koceh’ istilah saya zaman kecil dulu memang menyenangkan, dengan naik Jeep kami berbasah-basahan. Lengkap sudah pengalaman kami.
Penutup tulisan ini semoga suatu saat lagi nanti saya akan mengunjungi Merapi lagi, tapi dengan keluarga dan anak istri. Terima kasih Unila, terimakaih UGM, terima kasih kota pelajar Yogyakarta.